INDONESIATREN.COM - Pada Debat Capres 2024 pertama dalam segmen adu argumentasi, Anies Baswedan dengan Prabowo Subianto langsung memanas.
Debat panas antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto terjadi ketika moderator menanyakan kebijakan langkah untuk membenahi tata kelola partai politik.
Anies Baswedan berpendapat, rakyat tidak percaya proses demokrasi daripada sekadar partai politik saja. Prabowo Subianto menilai, pernyataan Capres nomor urut 1 mengenai proses demokrasi, terlalu berlebihan.
Merespons hal tersebut, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Cecep Darmawan menyebutkan, dalam debat Capres, para peserta Pilpres 2024 ini seharusnya mengedepankan pendidikan politik. Mengingat, debat ini disaksikan oleh rakyat Indonesia.
Baca juga: Guru Besar UPI Sebut Debat Capres 2024 Lebih Banyak Gimik Politik: KPU Harus Lakukan Evaluasi!
"Jadi materinya harus menguatkan terhadap solusi persoalan bangsa," kata Cecep saat dikonfirmasi pada Rabu, 13 Desember 2023.
Cecep berpendapat, para kandidat seharusnya tidak melontarkan pernyataan maupun pertanyaan yang menyangkut personal masing-masing kandidat. Apabila hal tersebut muncul, kandidat yang disinggung secara personal sebaiknya tidak menanggapai dan fokus kepada materi debat.
"Jadi hindari debat kusir, bicara soal personal. Jadi jangan dijawab kalau ada nyerang pribadi jangan dijawab lagi dengan menyerang pribadi berikutnya, jangan. mohon fokus pada persoalan ini, gitu aja. Itu aja, itu jauh lebih demokratis," tuturnya.
Cecep menambahkan, para kandidat capres ini seharusnya menunjukkan sikap kedewasaan dan elegan. Mengingat, para Capres 2024 ini merupakan negarawan yang satu di antaranya akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia.
Baca juga: Jawaban Singkat Gibran Rakabuming soal Penampilan Prabowo Subianto dalam Debat Capres 2024
"Jadi harus lebih dewasa, lebih elegan, karena kan mereka harus jadi negarawan," kata dia menambahkan.
Diwartakan Indonesia Tren sebelumnya, Anies Baswedan memperoleh giliran menanggapi soal indeks kepercayaan masyarakat kepada partai politik cukup rendah.
Menurutnya, permasalahan sebenarnya tidak hanya berkutat pada partai politik. Namun, kata eks Gubernur DKI Jakarta itu, masyarakat tidak lagi percaya kepada proses demokrasi.
"Rakyat tidak percaya terhadap proses demokrasi yang sekarang terjadi. itu jauh lebih luas dari partai politik," respons Anies Baswedan.
Baca juga: Catat! Ini Jadwal, Tema, dan Peserta Debat Capres-Cawapres 2024 Kedua
Prabowo Subianto menyentil tanggapan Anies Baswedan. Ia berpendapat, Capres nomor urut satu itu terlalu berlebihan. Ia mengenang, saat partai yang dipimpinnya, Gerindra, mengusung Anies Baswedan dalam kontestasi Pilgub 2017.
Dalam perebutan kursi Gubernur DKI Jakarta 2017, Anies Baswedan memperoleh suara terbanyak, mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Saya berpendapat Mas Anies berlebihan. Mas Anies mengeluhkan tentang demokrasi ini dan itu," kata Prabowo Subianto.
Ia secara tegas mengatakan, kalau tanpa demokrasi, Anies Baswedan tidak mungkin memenangkan jabatan Gubernur DKI Jakarta.
Baca juga: KPU Putuskan Tidak Ada Debat Khusus Cawapres, Cak Imin: Kita Menyesal Itu Terjadi
"Saya yang mengusung Bapak. Kalau demokrasi kita tidak berjalan, tidak mungkin Anda jadi Gubernur," imbuhnya.
Tak hanya itu, Prabowo Subianto turut menyinggung soal cara memimpin Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).
Kalau anggapan bahwa Jokowi sebagai diktator itu benar, menurutnya, Anies Baswedan tak mungkin bisa mengalahkan Ahok.
"Kalau Jokowi diktator, Anda tidak mungkin jadi gubernur," ungkitnya. Prabowo Subianto pun menutup pernyataannya dengan menunjukan jurus silat.(*)