INDONESIATREN.COM - Dokter Forensik Rumah Saki Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin SH, Kota Sukabumi, dr Nurul Aida Fathia, mengungkap penyebab kematian seorang bocah laki-laki berinisial MA (7) asal warga Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, yang ditemukan tewas di kebun milik warga setempat, pada Sabtu, 16 Maret 2024 lalu.
Berdasarkan hasil autopsi yang dilakukan tim forensik, ditemukan luka pada bagian leher bocah tersebut. Luka diduga akibat tindak kekerasan, sehingga menimbulkan kematian.
"Luka yang dileher itu cukup untuk menimbulkan kematian. Dalam hal ini kalau ada kekerasan di leher tentunya bisa menghalangi jalan penafasan. Kalau menghalangi jalan nafas, berarti kematiannya mengarah ke kekurangan oksigen atau mati lemas," kata dr Nurul Aida, Rabu, 1 Mei 2024.
Baca juga: Sempat Hilang, Bocah 7 Tahun di Kadudampit Sukabumi Ditemukan Tewas di Kebun
Lanjutnya, saat melakukan autopsi, tim forensik juga menemukan luka pada bagian lubang pelepas atau lubang anus. Hal ini, dapat diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan hasil sampelnya yang dicurigai, ternyata terdapat tanda kekeradan di daerah leher dan juga di daerah lubang pelepas atau anus.
"Jadi, kalau untuk secara kasat mata itu, luka bagian lubang pelepas ini, hanya tampak pengelupasan kulit arinya aja, kaya luka lecet, tapi karena kondisinya sudah busuk jadi tidak terlalu jelas, kalau orang hidup ada darahnya segala macem,” paparnya.
Untuk itu, sample dari autopsi tersebut ia kirim ke laboratorium dan hasilnya secara microscopis, terdapat tanda perlukaan. Terlebih, saat dilakukan ekshumasi, kondisi jenazah korban sudah dalam keadaan membusuk karena sudah dimakamkan sekitar satu pekan dari waktu kejadian korban ditemukan.
Sementara, masih kata Nurul Aida, untuk luka di bagian leher disebabkan karena ada kekerasan akibat benda tumpul. Lantaran, di bagian kulitnya tidak ada luka apa-apa. Namun, pada saat dilakukan pemeriksaan dibagian otot dalam dari lehernya, ada luka yang dicurigai.
"Jadi waktu itu saya ambil sampelnya di bagian ototnya, ternyata memang itu benar perlukaan, jadi kalau di luar gak kelihatan. Kalau berapa kalinya luka itu gak tau, yang pasti kalau di leher itu memang ada tanda kekerasan," imbuhnya.
"Kalau proses korban ini bisa ada luka itu, saya tidak tahu, tapi yang pasti kalau di permukaan kulitnya itu tidak ada lecet tidak ada memar. Jadi yang pasti kalau seperti itu kekerasan tumpul," bebernya.
Dari hasil pemeriksaan terhadap tubuh korban tersebut, ia menduga bahwa korban merupakan korban pedofilia.
"Korban disini kan memang anak, tapi saya temukan memang ada kekerasan di daerah lubang pelepas, tapi pada daerah genital dari si korban sendiri tak ditemukan apa-apa," imbuhnya.
Semua luka yang ditemukan di jenazah korban ini, kata Nurul, tidak terlihat jelas, karena sudah dalam keadaan kondisi membusuk dan pada bagian kulit arinya sudah mengelupas. Sehingga, luka lecet yang ditemukan saat autopsi telah tersamarkan.
"Tapi di sini, berdasarkan keterangan dari Kepolisian juga, jadi kita konfirmasi bener atau tidak. Misalnya, waktu pas awal tidak ada keterangan, bahwa ada kekerasan di leher, tapi kekerasannya di kepala," ujarnya.
"Dari keluarga bilangnya ada luka di kepala. Ternyata saat diperiksa di kepala itu nihil tak ada luka, justru yang ditemukan adalah di daerah leher yang bisa menimbulkan kematian," ungkapnya.
Saat melakukan autopsi, tim forensik juga telah melakukan pemeriksaan pada bagian jantung, paru, kepala, leher, otot leher dan pemeriksaan lada bagian daerah kulit lubang pelepas.
"Hanya saja, untuk organ dalam karena itu sudah membusuk, jadi sudah sulit dinilai karena sudah hancur. Akan tetapi yang pada daerah kulit, dokter patologi anatominya yang di Bandung itu masih bisa menemukan adanya tanda perlukaan," pungkasnya.