INDONESIATREN.COM - Terus menorehkan kinerja dan perfroma gemilang menjadi misi utama yang diusung setiap korporasi, termasuk PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (Perseroda) alias bank bjb.
Agar performa bisnisnya tetap mentereng, bank bjb menyusun sejumlah strategi. Satu caranya, yakni tetap mengembangkan pola Kelompok Usaha Bank (KUB), melalui penyertaan modal kepada sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Yuddy Renaldi, Direktur Utama bank bjb, menyatakan, KUB merupakan upaya strategis jajarannya agar performa dan kinerja tetap mentereng.
Dalam implementasi KUB, yang merupakan strategi konsolidasi, lanjut Yuddy Renaldi, pihaknya berperan sebagai anchor BPD alias holding company.
Baca juga: Koleksi Penghargaan Bank BJB Makin Lengkap, LPS Banking Award 2023 Jadi Yang Terbaru
Pola KUB, jelasnya, termasuk upaya berkelanjutan. Tujuannya, beber dia, memperkuat daya saing BPD pada sektor perbankan nasional.
Selama 2023, ungkapnya, empat BPD tergabung dalam KUB bank bjb. Yakni, PT Bank Pembangunan Daerah Bengkulu alias Bank Bengkulu.
Lalu, PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara atau Bank Sultra. Kemudian, kata Yuddy Renaldi, PT Bank Pembangunan Daerah Maluku Utara atau Bank Malut.
"Anggota KUB yang terbaru adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jambi atau Bank Jambi," kata Yuddy Renaldi.
Baca juga: Selama 2019-2023, Puluhan Bank Bangkrut, Ini yang Jadi Biang Keroknya
Yuddy Renaldi menegaskan, ada alasan kuat mengapa pihaknya memasukkan keempat BPD itu sebagai anggota KUB. Keempat BPD itu, ungkapnya, berkinerja baik.
Mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 12/2020, BPD punya sebuah kewajiban. Yaitu, sebutnya, pada 31 Desember 2024, memperbesar nilai modal intinya, minimal Rp3 triliun.
"Atau, selama bergabung dengan KUB bergulir secara efektif, modal minimum BPD itu cukup Rp1 triliun. Tapi, seandainya perysaratan modal minimum Rp3 triliun tidak terpenuhi, BPD wajib menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)," paparnya.
Tidak hanya empat BPD, beber Yuddy Renaldi, anak usaha bank bjb, yakni bank bjb syariah, juga menjadi anggota KUB. Bahkan, ucapnya, bank bjb syariah menjadi perbankan syariah pertama yang tergabung dalam KUB bank bjb.
Baca juga: Gara-gara Modalnya Cekak, Puluhan Pinjol Gulung Tikar, Izinnya Dicabut OJK
Soal perkembangan BPD, Yuddy Renaldi menuturkan, hingga kini, progresnya menggembirakan. Secara kumulatif, kata dia, total aset BPD di Indonesia bernilai Rp945,7 triliun.
Hal itu menunjukkan, sahut Yuddy Renaldi, BPD memiliki potensi dan daya tawar luar biasa. Apabila pengelolaannya serius, ucapnya, BPD-BPD bisa berkontribusi lebih luar biasa lagi bagi perekonomian nasional.
Piter Abdullah, Direktur Eksekutif Segara, Direktur Eksekutif Segara Institute Institute, menyatakan, KUB adalah strategi tepat bagi para BPD.
Pasalnya, terang dia, KUB punya peran yang sangat penting bagi BPD-BPD. "Tidak hanya membuat BPD bisa memenuhi ketentuan modal inti minimum, konsep ini pun membentuk ekosistem (BPD) sekaligus memperkuat daya saingnya," tuturnya. (*)