INDONESIATREN.COM - Ketidakpastian kondisi dunia mengundang perhatian kalangan akademisi Program Studi Hubungan Internasional Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta. Perhatian itu diwujudkan dengan menggelar Public Lecture bertajuk “Middle Powers in the Formation of a Multipolar World Order”, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Hadir dalam kegiatan ini, Prof. Dr. Mohd Azizuddin Mohd Sani, Deputi Rektor (Akademik & Internasional) Universiti Utara Malaysia. Pada kesempatan itu, Prof. Azizuddin menyoroti peran penting middle powers dalam menciptakan tata kelola global yang stabil dan inklusif.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update ke 63
Melalui presentasi bertajuk “Middle Powers in a Multipolar World”, Prof. Azizuddin mengungkapkan, bahwa dalam tatanan dunia multipolar yang terus berkembang, middle powers seperti Indonesia, Brasil, dan Afrika Selatan telah menunjukkan kemampuan luar biasa sebagai mediator dan penggerak utama isu-isu global.
Menurut Prof. Azizuddin, middle powers adalah negara dengan pengaruh moderat, yang memiliki karakteristik utama berupa kekuatan ekonomi, diplomasi aktif, dan komitmen terhadap multilateralisme.
Prof. Azizuddin menjelaskan, bahwa middle powers berperan sebagai pembangun jembatan dengan memfasilitasi dialog global dan membangun konsensus.
Prof. Dr Mohd Azizuddin Mohd Sani (kiri), dan Setya Ambar Pertiwi, S.E., M.A.
Middle powers juga memiliki peran sebagai pendukung multilateralisme, dengan mendorong penguatan institusi global seperti PBB dan G20, serta pembentuk koalisi dengan berperan aktif dalam aliansi regional dan global, termasuk ASEAN.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update ke 62
Middle powers juga menjadi penggerak agenda global, dengan fokus pada isu-isu seperti perubahan iklim dan hak asasi manusia, serta penyeimbang kekuasaan dengan menjaga keseimbangan dalam hubungan internasional.
“Middle powers memainkan peran unik sebagai jembatan antara kekuatan besar dan negara-negara kecil, menciptakan peluang kerjasama dan stabilitas di dunia yang terfragmentasi,” ujar Prof. Azizuddin.
Baca juga: Prof. Eva Achjani Zulfa Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Walau memiliki potensi besar, middle powers menghadapi berbagai tantangan, seperti ketergantungan pada kekuatan besar, keterbatasan sumber daya ekonomi dan militer, serta instabilitas regional yang kerap mengganggu upaya diplomasi multilateral. Selain itu, fragmentasi global juga semakin memperumit peran mereka dalam menciptakan konsensus internasional.
“Keberhasilan middle powers terletak pada kemampuan mereka untuk memanfaatkan kekuatan lunak, membangun aliansi, dan mendorong tata kelola berbasis aturan,” kata Prof. Dr. Azizuddin.
Public Lecture merupakan wujud kerjasama Universiti Utara Malaysia dan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update ke 61
Pada kesempatan yang sama, Dosen Hubungan Internasional Universitas Moestopo, Setya Ambar Pertiwi, S.E., M.A., menuturkan, bahwa middle powers, dengan strategi yang tepat dan adaptasi terhadap dinamika geopolitik, dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil.
“Dunia multipolar abad ke-21 membutuhkan kolaborasi dan keterlibatan aktif middle powers untuk menjamin stabilitas global yang inklusif dan berkelanjutan,” urai Setya.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update ke 60
Kegiatan Public Lecture ini merupakan salah satu bentuk implementasi kerjasama antara Universiti Utara Malaysia dan Universitas Moestopo, setelah disepakatinya Letter of Intent untuk saling berkolaborasi antar kedua perguruan tinggi ini. (*)