INDONESIATREN.COM - Menurut riset yang dikeluarkan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), mengungkapkan bahwa pelajar SMP dan SMA di Indonesia menghabiskan hingga Rp200 ribu per minggunya untuk membeli rokok.
Hal tersebut berdasarkan hasil temuan kualitatif yang diterbitkan CISDI pada Selasa, 12 Desember 2023.
“Temuan kualitatif kami mengungkapkan bahwa siswa seringkali mengalokasikan sebagian besar, terkadang melebihi setengah dari uang saku mereka, untuk membeli rokok eceran – berkisar dari Rp30 ribu hingga Rp200 ribu dalam seminggu,” ungkap CISDI.
Pernyataan penelitian tersebut terbubuhkan pada "Hubungan Pembelian Rokok Eceran dengan Frekuensi, Intensitas, dan Permulaan Merokok di Kalangan Remaja; Sebuah Studi Metode Campuran di Indonesia".
Baca juga: Masih Awam Tentang Manfaat Jus Tomat? 10 Khasiat yang Terkandung Dalam Buah Sayur Ini
Penelitian ini dimulai dengan menganalisa data dari Survei Rokok Remaja Global tahun 2019, tentang hubungan antara pembelian rokok eceran dan frekuensi dan intensitas merokok serta ketergantungan nikotin.
Selanjutnya, digunakan metode kualitatif dengan fokus kelompok diskusi (FGD) untuk mempelajari pengalaman 49 remaja usia sekolah dalam membeli rokok eceran, efek dari memulai merokok, dan jumlah rokok yang mereka konsumsi saat ini.
CISDI menemukan, 70 persen siswa SMP-SMA yang menjadi responden membeli rokok eceran pada saat mereka mencoba merokok pertama kali dan dalam 30 hari terakhir konsumsi.
Pola merokok remaja Indonesia mungkin menunjukkan bahwa mereka menggunakan rokok eceran di satu tahap dari lima tahap kecanduan nikotin.
Baca juga: Pernah Mengalaminya? Ini 3 Tips Atasi Jantung Berdebar saat Minum Kopi
Dalam penelitian kualitatif, ditemukan bahwa tujuh dari sepuluh siswa yang mencoba merokok untuk pertama kalinya membeli rokok eceran.
Setiap minggu, siswa menghabiskan setidaknya setengah dari uang saku mereka untuk produk tembakau.
"Menariknya, pengeluaran ini (sekitar Rp30 ribu–Rp200 ribu) setara dengan separuh dari pengeluaran per kapita mingguan rata-rata penduduk Indonesia pada Maret 2023," menurut keterangan tertulis tersebut.
Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa merokok bertanggung jawab atas banyak masalah kesehatan, termasuk kanker, stroke, penyakit jantung, paru-paru kronis, dan lainnya.
Remaja Indonesia tercatat 18,8% perokok aktif (GYTS 2019) dan diperkirakan akan meningkat menjadi 22,04% pada tahun 2022 (BPS, 2022).
Selain itu, ada juga beberapa masalah risiko penyakit akibat rokok yang tidak hanya terjadi pada perokok aktif, tapi juga terjadi pada perokok pasif atau biasa disebut dengan second-hand smoke.
Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019, menjelaskan bahwa 57,8 persen remaja merokok di rumah mereka, dan 67,2 persen merokok di tempat umum yang terbuka. (*)