INDONESIATREN.COM - Hari ini, tepat 19 tahun lalu terjadi bencana yang mengguncang dunia. Di Indonesia, kejadian ini dikenang sebagai bencana Gempa dan Tsunami Aceh, karena wilayah tersebut yang paling terdampak.
Minggu, 26 Desember 2004 silam, sekitar pukul 07.58 WIB, gempa bumi dan tsunami berskala 9.1-9.3 mengguncang dunia. Episentrum gempa bumi dan tsunami tersebut terletak di lepas pantai barat Sumatera, Indonesia.
Gempa memicu gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 meter. Tsunami tersebut menewaskan 230.000-280.000 jiwa di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah permukiman pesisir.
Gempa dan tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.
Indonesia adalah negara pertama yang terkena dampak serius akibat gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004, yang melanda wilayah pesisir utara dan barat Pulau Sumatra, serta pulau-pulau kecil di luar Pulau Sumatera.
Hampir seluruh korban dan kerusakan terjadi di provinsi Aceh. Waktu tiba tsunami sekitar 15 hingga 30 menit setelah gempa.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sekitar 130.000 orang tewas dan 37.063 orang hilang. Selain itu, PBB memperkirakan 655.000 orang kehilangan tempat tinggal dan berlindung di kamp-kamp pengungsi yang tersebar di seluruh provinsi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Gempa dan Tsunami Aceh merupakan bencana terbesar yang pernah terjadi.
Baca juga: Guncangan Kuat Gempa M6,6 NTT Kagetkan Warga, Tidak Berpotensi Tsunami
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono kala itu, menetapkan tiga hari berkabung pascakejadian. Kemudian, seluruh dunia turut serta membantu Aceh.
Lima tahun setelah bencana tersebut, tepatnya 26 Desember 2009 dibangun Museum Tsunami Aceh, di Banda Aceh. Museum dibuat untuk mengenang para korban dari bencana tersebut. Museum ini juga sekaligus dijadikan pusat pendidikan bencana dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.
Museum Tsunami di Banda Aceh dirancang oleh Ridwan Kamil yang memenangkan sayembara tingkat internasional yang diselenggarakan pada 2007 dalam rangka memperingati musibah tsunami 2004.
Bangunan tersebut berkonsep rumoh Aceh dan on escape hill dan sebagai referensi utamanya adalah nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan abstraksi tsunami.