INDONESIATREN.COM - Lima hari berlalu pascabencana longsor yang menimbun belasan rumah di Kampung Cibatu Hilir, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Puluhan warga kehilangan tempat tinggal akibat bencana tersebut.
Beberapa memilih mengungsi ke rumah keluarga atau kerabat terdekat. Beberapa lainnya tak punya pilihan selain tinggal di tenda pengungsian yang sudah disediakan Kemensos RI.
Seperti dialami oleh Nurjanah (28). Perempuan yang kini tengah hamil tua itu tak sempat mengambil semua kebutuhannya selama mengungsi. Rumahnya terancam karena posisinya berdampingan dengan titik longsor.
"Pas kejadian itu bukan kaget lagi, tapi sudah benar-benar takut karena jarak rumah enggak jauh dari longsor. Sekarang enggak berani pulang karena ada retakan-retakkan. Posisi rumah saya di atas, paling atas. Kalau ada apa-apa enggak bisa lari karena lagi hamil," kata Nurjanah saat diwawancarai, Sabtu, 28 Januari 2024.
Baca juga: Pemkab Sukabumi Tunggu Kajian BMKG Soal Relokasi Pascabencana Longsor di Cibadak
Ia bersyukur masih bisa menyelamatkan diri saat kejadian, sambil menggendong salah satu anaknya yang masih balita.
Nurjanah sendiri memiliki empat anak, dan satu diantaranya masih dalam kandungan. Anaknya yang masih balita dan belum terbiasa tinggal di tenda pengungsian.
"Ini hamil kalau hitungannya sih sudah sembilan bulan. Kalau kondisi sekarang bagaimana, ya gimana layaknya ibu hamil. Gampang lelah, gampang capek. Apalagi ini di pengungsian. Kalau keluhannya kepanasan. Terus kalau mau ke toilet jauh. Kalau lagi hamil begini kan sedikit-sedikit mau ke toilet itu capek," ujarnya.
Sambil sesekali mengusap perutnya, Nurjanah kerap kali harus menenangkan anaknya yang masih balita di tenda. Ia juga mengharapkan ada bantuan untuk keperluan balita serta alat-alat mandi.
Baca juga: Ngeri! 12 Rumah Tertimbun Longsor Cibadak Sukabumi
"Selain keluhan di sini panas dan air yang belum ada, memang ada tapi jauh namanya ibu hamil bolak-balik ke kamar mandi. Ditambah lagi anak belum terbiasa masih balita, semalam muntah-muntah mungkin karena masuk angin jadi sakit. Mungkin merasa enggak nyaman, yang namanya di sini kan ramai. Di sini juga butuh keperluan anak balita ya belum, seperti pampers, kayu putih, keperluan mandi juga belum ada," imbuhnya lagi.
Ani Nofiani (35) warga lainnya juga menyuarakan kebutuhan di dalam tenda pengungsian. Menurutnya yang utama kebutuhan balita dan kebutuhan mandi.
Menurutnya selama di pengungsian ia merasakan hal yang berbeda, termasuk salah satunya rasa tidak nyaman. Namun ia dan warga lainnya mulai membiasakan diri.
"Pampers air minum, makanan dan peralatan bayi karena banyak balita, belum ada handuk sebagian enggak punya handuk. Lalu peralatan mandi air minum dan makanan ringan, snack banyak anak-anak. Sedih tinggal di pengungsian, merasa enggak enak. Mungkin karena baru ya merasakan seperti ini," ungkap Ani.
Baca juga: Badan Geologi Beberkan Empat Pemicu Longsornya Kawasan Mata Air di Subang
Diberitakan sebelumnya, belasan rumah di Kampung Cibatu Hilir, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tertimbun longsor pada Rabu, 24 Januari 2024. Longsor diperkirakan terjadi sekitar pukul 07.00 WIB.
Warga juga sempat merekam detik-detik terjadinya sebuah tebing belasan meter longsor, diiringi suara gemuruh dan retakan. Dalam video yang beredar terdengar pula beberapa ibu-ibu histeris.
Data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, longsor menimbun 12 rumah dan mengakibatkan 51 jiwa kehilangan tempat tinggal. Selain itu, 67 rumah warga lainnya yang ada di sekitar lokasi kejadian terancam.
Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Sukabumi masih menunggu kajian dari tim ahli, khususnya BMKG, apakah diperlukan relokasi atau tidak.