Oleh Muhammad E. Fuady
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba
Rakyat Indonesia, khususnya para pecinta sepak bola tanah air sedang dilanda euforia. Pasalnya, Timnas Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023 setelah pertandingan Kirgiztan vs Oman berakhir imbang 1-1. Indonesia unggul satu poin di atas Oman di peringkat tiga terbaik, membuat Skuad Garuda lolos bersama Jepang dan Korea Selatan.
Bagi sebagian orang, lolosnya Timnas Indonesia adalah sebuah keajaiban. Ini bisa disebut sebagai sebuah jalur langit. Banyak orang mengira Indonesia akan kembali pulang setelah kekalahan melawan Jepang. Namun takdir berkata lain. Pasukan Shin Tae-yong berhasil melangkah lebih jauh.
Jika Tuhan sudah berkehendak, tidak ada yang dapat menahan laju sebuah takdir. Kewajiban setiap orang adalah berusaha, sedangkan mengenai hasil itu wilayah Tuhan.
Lalu, apa keterkaitan antara tulisan ini dengan Surya insomnia? Seperti yang kita tahu, Surya Insomnia pernah menjadi talent dalam progra 'Lapor, Pak'. Proyeknya disetujui, konsepnya diterima, tapi Surya tersingkir. Andika masuk, Surya di-cut.
Setelah sekian episode tanpa Surya, takdir menuntun Surya kembali ke sana. Ia menjadi 'polisi magang' dan ternyata ia 'memang orangnya'. Surya membuat tayangan komedi ini menjadi lebih pecah. Ada jalur langit, jika memang harus ada di sana, ia tak akan ke mana.
Lalu, apa pula kaitannya dengan politik kontemporer? Dalam pilpres, ada paslon yang digadang menang dan kalah. Mereka diprediksi menjadi pemenang dan pecundang. Hasil survei menunjukkan siapa kandidat peraih suara terbanyak. Kita tidak tahu apakah hasil pemilu sesuai survei para pollster. Mungkin ya, mungkin tidak.
Di Pilkada Jabar, kandidat yang diprediksi memperoleh suara rendah ternyata menjadi pemenang. Ahmad Heryawan-Dede Yusuf pernah mengalahkan incumbent dan paslon bermodal besar. Pilkada DKI Jakarta pun sama, Anies Baswedan paslon dengan jumlah suara rendah dalam berbagai survei. ternyata menjadi pemenang kontestasi.
Bagaimana dengan pilpres ini? Jalur langit itu nyata. Jika Tuhan sudah berkehendak, semesta akan berpihak kepadanya. Meski dipersulit, difitnah, dilabeli buruk, dibunuh karakternya, takdir akan menuntunnya meraih tampuk kepemimpinan nasional. Kewajiban kandidat politik hanyalah menjalani proses dengan cara terbaik. Hasilnya? Mengutip Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari, tidak perlu mencemaskan segala sesuatu yang sejatinya telah ditetapkan oleh Allah SWT. Menjadi pemenang pilpres berarti ia diamanahi tanggung jawab besar untuk menjalankan kekuasaan. Bila kalah, itu berarti Allah selamatkan ia manisnya kue kekuasaan.
Siapapun yang menjadi presiden, bersiap saja. Pemerintahan tak akan berjalan dengan mudah, menimbang utang RI kini mencapai 8000 trilyun. Pembayaran bunga utang tahun ini saja hampir menembus angka 500 trilyun. Meski Kemenkeu mengatakan utang sebesar itu masih aman, tetap saja berutang itu memiliki resiko. Utang besar potensial membuat subsidi dicabut dan pajak dinaikkan. Kata orang Jawa, "Duh, biyung". Buat rakyat kecil, miskin papa, punya utang itu tak enak rasanya.
Siapapun yang berkuasa, publik sudah sering melihat politisi yang terjerambap setelah menggenggamnya. Mereka mengawali kekuasaan sebagai pejuang dan mengakhirinya sebagai pecundang karena abuse of power dan korup. Bahkan kepemimpinan mereka pun berakhir tragis. Naik karena jalur langit, kekuasaan pun harus dijalankan sesuai kehendak langit.(*)